Inilah Pakaian Adat Dari Sulawesi Tenggara (Pria dan Wanita)
Sulawesi Tenggara adalah provinsi yang letaknya berada di Pulau Sulawesi. Provinsi ini dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen. Secara demografi, suku bangsa dari para penduduk provinsi ini terdiri dari suku Tolaki (36%), Muna (19%), Buton (26%), Morenene (10%), Wawonii (9%). Menyadari bahwa suku tolaki merupakan suku mayoritas penduduknya, maka saat berbicara mengenai kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara, tentunya tidak akan lepas dari suku Tolaki, termasuk jika membahas pakaian adatnya.
Pakaian adat suku tolaki adalah Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Pakaian adat ini merupakan ikon pakaian adat Provinsi Sulawesi Tenggara di kancah nasional. Nah seperti apakah pakaian adat dari Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut? berikut ini penjelasannya.
Pakaian adat suku tolaki adalah Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Pakaian adat ini merupakan ikon pakaian adat Provinsi Sulawesi Tenggara di kancah nasional. Nah seperti apakah pakaian adat dari Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut? berikut ini penjelasannya.
Daftar Isi
Loading...
1. Sejarah Pakaian Adat Suku Tolawi
Kinawo
Dahulu, masyarakat suku Tolaki biasa membuat pakaian terbuat dari bahan kulit kayu yang disebut dengan Kinawo. Pakaian ini dibuat dari kulit kayu usongi, dalisi, otipulu, dan wehuka yang kemudian direbus dengan abu dapur, direndam sampai lembut, dipukul-pukul hingga tipis melebar sampai didapatkan seratnya. Serat dari kain kulit kayu inilah yang kemudian dijahit dan dipakai sebagai pakaian keseharian.
Seiring dengan perkembangan zaman, ketika ilmu tekstil sudah merambah Provinsi Sulawesi Selatan barulah kemudian model dari pakaian lain bermunculan. Salah satu yang paling populer yaitu pakaian adat yang bernama Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Babu nggawi merupakan pakaian adat untuk pengantin wanita, sedangkan Babu Nggawi Langgai merupakan pakaian adat untuk pengantin pria.
2. Pakaian Adat Babu Nggawi (Pengantin Wanita)
Pakaian babu nggawi ini terdiri dari lipa hinoru sebagai atasan, roo mendaa sebagai bawahan, dan berbagai macam aksesoris lainnya. Atasan lipa hinoru biasanya adalah blus dengan bahu yang terputus, sedangkan roo menda adalah sebuah rok yang panjangnya hingga mata kaki dengan warna yang sama seperti baju atasan serta dihiasi oleh manik-manik warna emas pada bagian depannya dengan motif tradisional khas suku tolaki seperti motif pinesowi, motif pinetobo, dan motif pineburu mbaku.
Pengantin atau mempelai wanita biasanya juga akan melengkapi pakaian adat Provinsi Sulawesi Tenggara yang dipakainya dengan berbagai macam hiasan seperti kalung eno-eno sinolo (panjang), anting-anting panjang terurai (kumenda dan toe-tole), kalung eno-eno renggi (pendek), gelang pipisu (gelang kecil), gelang poto (gelang permata), gelang bolusu (gelang besar), ikat pinggang yang bentuknya seperti kura-kura (salupi ngglolopua), dan perhiasan kaki berupa gelang 2 buah (O-langge).
Untuk bagian sanggul rambut, para pengantin wanita bisa memakai hiasan khas yang diantaranya adalah towe ndowe melai, towe- ndowe menggila, wunga- wungai, dan sanggula. Towe ndowe melai adalah hiasan sanggul yang menjulur panjang dan terurai, wunga- wungai adalah hiasan sanggul berbentuk kembang kecil mengkilat, towe- ndowe menggila adalah hiasan sanggul sejenis pinangn goyang, dan sanggula adalah tanaman langka yang sudah jarang sekali ditemukan. Hiasan sanggul tersebut, selain berfungsi untuk memperindah penampilan juga berfungsi sebagai pengharum, mengingat beberapa hiasan tersebut dapat mengeluarkan aroma wangi yang semerbak.
Adapun untuk riasannya sendiri, terdapat urutan khusus yang harus dipatuhi. Urutan tersebut diantaranya adalah memakai bedak atau mebada, menghitamkan bagian kelopak mata atau mesila, memberi bayang mata atau shadou, menggambar alis atau metipa, memakai lipstik atau mekamea-mea, membentuk dahi atau meandara, memberi warna kuku dari bahan kapur sirih atau metirangga, dan memberi noktah merah di dahi kiri atau nibura.
Pengantin atau mempelai wanita biasanya juga akan melengkapi pakaian adat Provinsi Sulawesi Tenggara yang dipakainya dengan berbagai macam hiasan seperti kalung eno-eno sinolo (panjang), anting-anting panjang terurai (kumenda dan toe-tole), kalung eno-eno renggi (pendek), gelang pipisu (gelang kecil), gelang poto (gelang permata), gelang bolusu (gelang besar), ikat pinggang yang bentuknya seperti kura-kura (salupi ngglolopua), dan perhiasan kaki berupa gelang 2 buah (O-langge).
Untuk bagian sanggul rambut, para pengantin wanita bisa memakai hiasan khas yang diantaranya adalah towe ndowe melai, towe- ndowe menggila, wunga- wungai, dan sanggula. Towe ndowe melai adalah hiasan sanggul yang menjulur panjang dan terurai, wunga- wungai adalah hiasan sanggul berbentuk kembang kecil mengkilat, towe- ndowe menggila adalah hiasan sanggul sejenis pinangn goyang, dan sanggula adalah tanaman langka yang sudah jarang sekali ditemukan. Hiasan sanggul tersebut, selain berfungsi untuk memperindah penampilan juga berfungsi sebagai pengharum, mengingat beberapa hiasan tersebut dapat mengeluarkan aroma wangi yang semerbak.
Adapun untuk riasannya sendiri, terdapat urutan khusus yang harus dipatuhi. Urutan tersebut diantaranya adalah memakai bedak atau mebada, menghitamkan bagian kelopak mata atau mesila, memberi bayang mata atau shadou, menggambar alis atau metipa, memakai lipstik atau mekamea-mea, membentuk dahi atau meandara, memberi warna kuku dari bahan kapur sirih atau metirangga, dan memberi noktah merah di dahi kiri atau nibura.
3. Pakaian Adat Babu Nggawi Langgai (Pengantin Pria)
Busana pengantin pria di dalam pakaian adat Provinsi Sulawesi Tenggara suku Tolaki disebut dengan Babu Nggawi Langgai. Pakaian adat ini berupa baju atasan lengan panjang yang pada bagian depannya terbuka dengan hiasan keemasan dibelahan baju, lengan, dan leher. Baju atasan ini bernama babu kandiu. Sedangkan untuk bawahan, mereka memakai celana panjang dengan belahan di bagian bawah sepanjang 10 sampai 15 centimeter dan hiasan serupa dengan atasan. Celana panjang ini bernama saluaro ala.
Selain itu, ada beberapa kelengkapan lain yang dipakai para laki-laki di dalam pakaian adat Provinsi Sulawesi Utara khas suku Tolaki yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Selain itu, ada beberapa kelengkapan lain yang dipakai para laki-laki di dalam pakaian adat Provinsi Sulawesi Utara khas suku Tolaki yang diantaranya adalah sebagai berikut:
- Sulepe atau salupi merupakan ikat pinggang logam berwarna emas yang berhiasankan manik-manik. Warna ikat pinggang sebenarnya tidak harus berwarna emas. Bisa juga memakai warna lain atau warna yang sesuai dengan bajunya.
- Pabele merupakan penutup kepala yang bentuknya runcing pada bagian depan dengan berhiaskan benang emas dan manik-manik di sekelilingnya. Pabele ini terbuat dari bahan kain yang sama dengan bahan pakaiannya.
- Sapu ndobo mungai merupakan sapu tangan berwarna cerah atau sesuai dengan warna pakaian.
- Leko atau Keris yang diselipkan dipinggang sebagai senjata tradisional sarana perlindungan diri.
Suka artikel berjudul Inilah Pakaian Adat Dari Sulawesi Tenggara (Pria dan Wanita), Yuk bagikan ke: